Ketika Aku Menyadari Kalau Ada Yang Salah Dalam Diriku.
Hallo teman -teman, berjumpa kembali dengan penanovia.id
Setelah sekian lama halaman ini kosong tanpa ada cerita lagi, ijinkan aku memulainya lagi dengan berbagi kisah tentang apa yang aku alami, dan pasti hal ini juga bisa dialami oleh siapapun.
Di sini aku akan mengawali kembalinya blog ini dengan bercerita tentang kondisiku yang mengalami lelah pikiran dan hampir depresi. Dan bagaimana aku bisa menemukan diriku kembali.
Aku termasuk orang yang sangat aktive dan suka meakukan hal hal yang aku sukai, karena hal itulah yang membuatku bahagia namun tetap seimbang.
Meskipun bagi sebagaian orang mungkin apa yang selama ini aku lakukan tidak akan membuatku bergerak maju ke arah yang lebih baik secara finansial.
Aku punya mimpi-mimpi yang indah menurutku, yang aku anggap mimpiku itulah yang bisa membuatku bahagia apabila aku mampu mewujudkannya. Akan tetapi aku sadar bahwa aku butuh waktu yang panjang untuk mewujudkannya, itupun hanya mimpi sederhana yang mungkin bisa aku lakukan dalam skala kecil.
Karena aku selalu mengukur diri di mana kemampuanku dan keterbatasanku. Sehingga aku pun tidak punya cukup keberanian untuk mimpi yang terlalu tinggi. Memandangkan usiaku juga yang sudah tidak muda lagi, yang membuatku berpikir bahwa hidup bahagia sesuai versiku adalah hal yang aku impikan.
Tapi aku lupa untuk memperhitungkan bahwa apapun mimpiku, aku harus punya income yang jelas kalaupun nanti aku sudah tidak bekerja lagi sebagai PMI.
Perlahan, ada banyak masukan dan motivasi yang aku terima, tentang bagaimana untuk mulai memikirkan bagaimana cara untuk memulai lebih awal, sebagai langkah untuk mendapatkan penghasilan lain sebelum aku berhenti bekerja sebagai PMI.
Aku mengkuti workshop, seminar, dan mulai me-metakan apa yang akan aku lakukan. Di saat aku baru termotivasi dengan pemikiran itu, di saat yang sama ada peluang yang aku anggap peluang emas, karena hal ini termasuk apa yang aku inginkan dari dulu. Tanpa berpikir secara cermat aku tangkap saja peluang itu. Namun karena satu dan lain hal aku harus mengurungkannya, karena ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan apa yang aku gambarkan.
Aku melupakan hal itu. Tapi sesi mengejar peluang itu masih berlanjut meskipun berbeda dengan apa yang pernah aku batalkan.
Setelah aku pelajari secara penuh, kemudian aku identifikasi satu persatu diantara point-point pendukung yang harus aku miliki apabila aku mau menjalankannya.
Dan saat aku menyadari kalau aku tidak memiliki hampir semua dari point-point itu. Jujur aku merasa down seperti terbentur dinding batu yang menyadarkan aku, kalau aku berbeda. Kondisiku berbeda, dan tidak mudah bagiku untuk sekedar membayangkan begitu banyaknya kekosongan yang harus aku isi. Karena aku sadar, aku bukan siapa-siapa dan aku tidak punya apa-apa. Bahkan sekedar dukungan pun tidak aku dapatkan dari manapun.
Pada moment itulah aku merasakan emosi tidak stabil, hilang rasa percaya diri, mudah tersinggung, merasa rendah diri, semangat untuk beraktifitas hilang seketika, merasa sedih dan meratapi keadaan karena merasa tidak punya apa-apa, dan tidak punya siapa-siapa. Bahkan tidak ada tempat untuk sekedar kujadikan sebagai pendengar dan memahami apa yang aku rasakan saat itu.
Orang yang kuharapkan untuk menjadi tempatku meluahkan keresahanku, karena selama ini dia yang selalu memberiku motivasi untuk menjadi lebih percaya diri dalam segala hal. Justru terlalu sibuk dengan urusannya yang tidak mungkin bisa diganggu. Yang membuatku semakin merasa depresi dan hampir putus asa.
Sampai akhirnya akau memberi waktu kepada diriku sendiri untuk menyendiri dan menangis. Karena aku tahu, menangis adalah puncak dari luahan perasaan yang berkecamuk selama ini. Aku menangis sejadi-jadinya, dan mencari tahu kenapa aku seperti ini?.
Apa yang hilang dalam diriku, kenapa aku merasa seperti tertekan dan tidak bahagia?
Aku merasa asing dengan diriku sendiri, bukannya selama ini aku bahagia-bahagia saja dengan segala kondisi maupun keadaanku yang apa adanya?
Bukankah selama ini aku bahagia dengan segala keterbatasanku?
Akhirnya, satu demi satu aku mulai menemukan kepingan-kepingan yang hilang itu. Aku sadar bahwa belakangan ini aku terlalu berusaha untuk mencoba menapaki 2-3 tangga dalam sekali pijakan, agar aku bisa sampai ke tujuan sebelum waktu yang aku rencanakan.
Pikiranku agak terforsir ke sana, hingga lupa ada hal yang selama ini tidak sempat aku lakukan. Yaitu hal-hal yang membuatku bahagia melakukannya. Contohnya menulis, menulis apa saja karena bagiku menulis bisa membuat aku bahagia, meskipun dengan keterbatasan waktu.
Dan mulailah, aku berpikir untuk melupakan dulu apa yang terjadi kemarin, aku tidak mau lagi memaksakan diri untuk memikirkan kekosongan-kekosongan yang belum mampu aku isi. Meskipun dimotivasi dengan cara berpikir, bahwa ketika kita merasa ada kekurangan, pikirkan bagaimana bisa mendapatkan apa yang kurang itu.
Tetapi untuk saat ini yang aku butuhkan hanyalah ketenangan, agar aku bisa menetralisir segala perasaan yang sempat berkecamuk. Dan aku hanya ingin melakukan hal yang mebuatku bahagia.
Itu langkah pertama yang akan aku lakukan untuk bisa bengkit lagi, karena aku tidak mau bangkit dan berlari secara terburu-buru. Aku biarkan diri dan pikiranku untuk menikmati rasa tenang dan menerima segala kondisi yang aku miliki. Sebagai langkah penyembuhan, aku hanya ingin bahagia, itu saja dulu.
Namun dibalik semua kejadian yang aku alami, aku masih bisa membedakan mana yang menjadi prioritas dalam hidup, dan aku tidak pernah mengabaikan hal itu. Dan aku harus mengumpulkan lagi kekuatan yang ada dalam diriku, sebelum melangkah lagi.
NB:
Sengaja aku sharing tentang hal ini, karena aku yakin setiap orang pasti punya masalah, dan pasti pernah mengalami kondisi di mana kita merasa buntu dan seolah tidak ada jalan keluar dari masalah itu.
Kalau ingin menangis, menangislah apabila hal itu membuat kita merasa lega.
Kalau ingin teriak, teriaklah apabila hal itu membuat kita merasa lega.
Kemudian, kembalilah mencari dan menemukan diri kita yang selama ini kita kenal.
Bangun, bangkit dan berdiri lagi.
Salam
Komentar
Posting Komentar