KEMISKINAN MEMAKSAKU UNTUK BERHENTI SEKOLAH, DAN BEKERJA DI USIA YANuG SANGAT DINI - ( part 2 ).
Perjalanan hidup seorang PMI bernama (Y.A), yang berasal dari sebuah kota (P). Dan saat ini muuuuujasih bekerja di Singapura.
Cerita sebelumnya : uujur
Aku bekerja lagi sebagai PRT di kota PK, di tempat saudara dari tetanggaku. awalnya semua baik-baik saja. Hingga ada sebuah kejadian yang sampai saat ini belum bisa terhapus dari benakku.
Pada suatu saat, sekitar jam 12 malam hari, Bapak / bos laki-laki pulang kerja. Saat itu memang aku tidur di sofa seperti biasa, karena memang aku tidak punya kamar sendiri. Setelah bangun untuk membuka pintu, aku kembali tidur di sofa yang ada di ruang tamu. Sebagai anak - anak yang berusia sepuluh tahun. Aku memang masih sangat polos dan belum mengerti apa- apa. Di antara sadar dan tidak, aku merasakan ada sesuatu yang aneh.
Aku merasa ada yang menggerayangi tubuhku, aku kaget dan takut, tetapi seperti tidak bisa bergerak. Aku merasakan ketakutana yang luar biasa. Terlebih lagi ketika dia mendekapku agar tidak bergerak. Aku hanya bisa bertahan diam dengan rasa takut. Lalu ku dengar dia membisikkan kalimat di telingaku, memintaku untuk diam dan tidak bercerita pada siapapun, dan melonggarkan dekapannya.
Lalu dia memberiku uang untuk jajan. Mungkin dia sadar kalau aku tidak tertidur, lalu mengurungkan niat jahatnya. Serta memberiku uang itu untuk tutup mulut.
Aku pun menangis sejadi- jadi nya, aku marah dalam hati. Tapi aku takut untuk bercerita. Karena aku juga tidak tahu harus bicara apa dan kepada siapa. Aku hanya bisa memanggil- manggil ibuku dalam tangisanku.
Ibu---
Tolong anakmu Ibu, aku takut Ibu, aku ingin pulang. Hanya kalimat itu yang ku ucapkan berulang- ulang. Namun semua itu hanya bisa aku ucapkan dalam hati karena aku merasa takut. Ku lewati malam itu tanpa aku mampu memejamkan mata, hanya berharap agar pagi segera tiba.
Lalu, pagi pun tiba, dan aku segera menemui majikan perempuanku. Aku hanya minta pulang saat itu juga sambil menangis. Dia pun terkejut dan bertanya-tanya, kenapa aku menangis? Kenapa tiba-tiba minta pulang?
Aku tidak mampu memberi jawaban, meskipun begitu banyak kata-kata yang ingin aku ucapkan, juga perasaan yang bercampur aduk, yang ingin aku ungkapkan. Tapi aku tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
KU LEWATI HARI-HARIKU DENGAN MEMENDAM KEMARAHAN.
Aku marah pada keadaanku, aku marah kepada kemiskinan keluargaku, aku marah kepada orang tuaku, yang ku anggap tidak perduli dengan nasibku, tidak perduli dengan trauma yang aku alami.
Aku menyimpan semua kepahitan ini sendiri, karena aku merasa tidak ada manfaatnya aku bercerita. Semua sudah terjadi, dan ku anggap ini sebuah AIB.
Setiap kali aku mengingat kejadian itu, hal itu akan melukai hatiku sendiri sehingga aku berusaha untuk melupakan dan menghapusnya dari ingatanku. Tapi aku salah, karena semakin aku berusaha menghapus semua pangalaman pahit itu, justru semakin menyiksaku.
Dua bulan lamanya aku menyimpan semuanya sendiri. Hingga pada satu hari, aku seakan memiliki keberanian untuk bercerita kepada temanku. Aku ingin melepaskan rasa sesak yang selama ini menghimpitku. Aku tidak perduli lagi apa yang akan terjadi, dan apa tanggapannya. Yang terpenting bagiku, aku ingin lepas dari beban yang menekan mentalku selama ini.
Ternyata temanku menceritakan apa yang aku alami kepada tetanggaku. Yang tidak lain adalah orang yang memberikanku pekerjaan di rumah saudaranya, yang menjadi majikanku tersebut.
Entah bagaimana ceritanya, akhirnya berita itu banyak yang mengetahui. Banyak orang bersimpati padaku, tapi saat itu aku sudah menjadi dingin dan tidak perduli. Bahkan aku tidak tertarik untuk menanggapi siapapun yang ingin menanyakan kebenaran hal itu kepadaku. Aku tidak ingin lagi membicarakannya. Sudah cukup bagiku untuk menyiksa diri, aku juga tidak mau terjebak dalam kondisi yang berlarut- larut.
Tidak lama setelah itu, aku pergi ke kota PK, dan bekerja kepada sebuah keluarga china. Mereka memperlakukan sku dengan sangat baik. Aku juga merasa betah bekerja di rumah mereka. Di rumah itu terpajang photo-photo keluarga juga saat mereka liburan atau berada di tempat-tempat tertentu. Ada sebuah photo yang mungkin di ambil saat mereka liburan. Photo itu berlatar belakang " patung merlion " yang berada di Singapura.
Terbersit dalam pikiranaku satu angan-angan. Kapan ya aku bisa ke tempat itu? Tapi apa mungkin? Sedangkan sekolah saja hanya sampai kelas dua SD. Tapi aku berpikir, tak ada salahnya aku berhayal. Mana tahu suatu hari bisa kesampaian.
Hingga sembilan bulan aku bekerja di keluarga tersebut. Namun tiba- tiba mereka memberitahuku, bahwa mereka akan pindah ke Malaysia. Akan tetapi, mereka memberitahuku bahwa selama aku bekerja di sana, tenyata bapakku sudah mengambil gajiku setiap bulan. Jadi aku tidak ikut menerima hasil keringatku selama bekerja.
#Bersambung ke - (part 3)
Cerita ini berdasarkan sharing /interview dengan nara sumber.
Di tulis dan di narasikan oleh : Pena Novia
Komentar
Posting Komentar