Langsung ke konten utama

DI BALIK SENYUMKU, KUSIMPAN SEJUTA PERTANYAAN ( Part 5)



DI BALIK SENYUM SEORAN PMI ( Part 5 )

Cerita sebelumnya : https://penanoviasg.blogspot.com/2020/10/di-balik-senyumku-kusimpan-sejuta.html?m=1

Aku pulang cuti ke Indonesia setelah dua tahun bekerja, dengan membawa sedikit tabungan dari sisa gajiku yang belum sempat aku kirimkan. Akhirnya aku bisa memeluk anakku yang ku tinggalkan selama ini, juga Umiku yang tidak pernah berhenti mendo'akanku. 

Tetapi, di balik kebahagiaan itu apa yang aku dapati? Ternyata suamiku memiliki banyak utang ke teman-temannya, yang aku sendiri tidak tahu untuk apa. Karena selama ini hasil kerjaku juga aku kirimkan semua. Tentu saja aku kecewa dan sedih, tapi tidak mampu untuk marah apalagi melawan karena aku tahu sifatnya.

Sisa tabungan yang aku bawa pulang, akhirnya aku belikan motor untuk dia gunakan. Lalu aku kembali bekerja di tempat yang sama dengan membawa beban hutang yang harus ku lunasi. Selama tiga bulan bekerja semua baik-baik saja, tapi setelah itu sifat employerku kembali sperti semula. Dia suka marah, kadang juga melakukan kekerasan fisik. Tapi aku terus menyembunyikan apa yang aku alami, karena aku tidak ingin keluargaku tahu.

Aku juga sudah melunasi tanggungan dan memiliki sejumlah tabungan selama bekerja di kontrak kedua. Lalu aku pun pulang lagi untuk cuti. Aku juga bisa membeli tanah saudaraku yang di sebelah rumah dengan tabunganku. Tapi lagi- lagi aku di kejutkan dengan ulahnya, suamiku pernah berhutang pada saudaraku yang bekerja di Korea, aku pun harus membayarnya.

Aku kembali lagi ke Singapura setela menghabiskan masa cutiku, dan tetap bekereja di tempat yang sama meskipun tidak terlalu baik kondisi kerjanya. Tapi aku sudah mulai bersikap, aku mengirim uang setiap bulan untuk kebutuhan di rumah. Selebihnya aku simpan sendiri karena aku takut tidak ada sisa kalau aku pulang nanti.

Kali ini, sikap employer makin tidak baik, bila menurut dia aku melakukan kesalahan, selalu main tangan. Rambutku pernah di jambak, di lempar dengan hanger, bahkan ada satu hari aku di siram dengan kuah kari. Aku hanya bisa menangis tapi tetap bertahan karena aku butuh pekerjaan, itu saja yang ada di pikiranku waktu itu.

Pernah satu hari, di saat aku sedang mengepel lantai, employerku nampak ada uang di sakuku. Yang sebenarnya itu adalah uangku sendiri, uang kembalian setelah aku membeli sesuatu. Aku langsung di tampar dan di seret ke kamar karena dia menuduh aku mencuri uangnya. Aku di paksa membuka semua bajuku hingga tinggal 'bra dan celana dalam' saja. Bahkan yang lebih menyakitkan, saat itu aku juga sedang datang bulan. Aku di hukum untuk berdiri hingga menunggu suaminya datang. Sempat terjadi perdebatan karena aku merasa tidak terima di perlakukan seperti itu. Namun apalah dayaku, yang pada akhirnya aku hanya bisa menangis dan menangis.

Malam hari, aku merasa sudah tidak mampu lagi untuk bertahan, aku berencana untuk meninggalkan rumah itu bagaimanapun caranya. Lalu kesokan harinya, stelah menyiapkan sarapan aku meninggalkan rumah hanya berekal uang $8 yang ada di saku, aku lari sejauh mungkin dan meminta pertolongan pada orang yang aku temui di jalan, lalu membawaku ke kantor Polisi. Aku tidak ingat apa-apa lagi sampai aku tersadar aku sudah terbaring di atas sofa. Polisi memeriksa badanku untuk di ambil bukti kekerasan fisik yang aku terima. Lalu aku di antar ke KBRI.

Aku berada di KBRI selama satu bulan, tapi aku memilih untuk menutup kasusku dan pulang saja karena rasa trauma. Yang membuat aku kecewa ialah, gajiku yang seharusnya masih tersisa tiga bulan, hanya di bayarkan dua bulan saja. Entah untuk membeli ticket kepulanganku atau bagaimana, karena aku sendiri tidak faham. tapi aku harus menerimanya saat itu.


Bersambung ke part 6 

Cerita berdasarkan sharing/ interview dengan nara sumber

Ditulis dan dinarasikan oleh : Pena Novia







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seminar Perempuan KBRI Singapura

SEMINAR PEREMPUAN Perilaku Sehat, Wanita Tangguh. KBRI Singapura, minggu 29-09-2024 Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura mengadakan acara seminar bertema perempuan, yang diadakan di ruang Nusantara KBRI Singapura. Dr. Merisa Auditanya Taufik menjadi pembicara di acara tersebut, yang memberikan materi seminat tentang hal-hal yang tentang kesehatan perempuan. Dan  dihadiri oleh kurang lebih 200  pekerja migran Indonesia yang merupakan pekerja perempuan. Acara dibuka dengan sambutan dari Ibu Nuri Widowati Suryo Pratomo sebagai ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura. Yang kemudian dilanjutkan ke acara inti. Pemaparan materi diawali dengan point penting yaitu : Perempuan Adalah Sosok Penting Kehidupan.  1.Karena perempuan diberikan rahim untuk proses kelangsungan hidup manusia. 2.Perempuan dibekali naluri keibuan untuk meberikan cinta dan kehangatan. 3.Perempuan sebagai 'sekolah pertama' untuk anak-anaknya. Kemudian dilanjut dengan materi-materi yang tidak ...

PMI BERTAHAN DI LUAR NEGERI KARENA APA?

                                  Bertahun-Tahun Bertahan di Negara orang, Sampai Kapan? Bicara tentang PMI (Pekerja Migran Indonesia) memang selalu menarik, karena ada banyak cerita yang beragam dan mungkin hanya difahami oleh sesama PMI itu sendiri, dan mereka yang memiliki concern terhadapa permasalahan PMI. PMI berasal dari berbagai background kehidupan yang bermacam-macam. Namun pada dasarnya, kondisi ekonomi-lah yang menjadi alasan terbesar, yang membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negara orang.Tidak semua orang bisa memahami PMI, baik dari latar belakang, kondisi kerja, juga kesehatan mental karena tekanan yang harus dialaminya. Di sini kita akan mengupas kondisi yang dialami PMI pada umumnya. Khususnya sektor pekerja rumah tangga. Pada tahap awal ketika PMI baru menginjakkan kaki di negara orang atau masuk ke tempat kerja, pasti mengalami yag nemanya "culture shock". Ya...

RENUNGAN SENJA KORBAN HUMAN TRAFICKING part-6

  TAK PERNAH KU SANGKA AKU AKAN MENGHABISKAN MASA TUAKU SENDIRIAN. Renungan senja seorang mantan PMI yang pernah bekerja di Malaysia. Dia yang pernah menjadi korban human traficking, dan hampir kehilangan nyawa di ujung senapan seorang mandor perkebunan kelapa sawit. Edisi sebelumnya ... Kami harus mendekam di tahanan karena di anggap melangar undang-undang imigrasi. Selain di anggap memalsukan data, kami juga bekerja secara ilegal tanpa ada dokumen resmi.  Yang sebenarnya kami adalah korban dari para sponsor atau calo yang memperjual belikan kami layaknya barang.  Ya. Kami adalah korban human traficking, kami adalah korban dari jaringan perdagangan orang. Setelah melewati waktu beberapa bulan kami di dalam tahanan akhirnya kami di keluarkan untuk kemudian di deportasi. Kami di bawa ke pelabuhan dan di seberangkan dengan perahu kecil dengan tangan terborgol satu sama lain. Entah bagaimana nasib kami andai saja ada kecelakaan atau perahu itu terbalik. Tapi begitulah kenyat...