Langsung ke konten utama

DI BALIK SENYUMKU, KUSIMPAN SEJUTA PERTANYAAN (Part 1 )




DI BALIK SENYUM SEORANG PMI (PART 1)

Cerita terpendam dari seorang PMI, sebut saja namanya (A), berasal dari kota (J), yang sekarang masih bekerja di Singapura. Dia hanya ingin berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya, yang mungkin juga terjadi dalam kehidupan orang lain, tapi sering sekali kita memilih untuk memendamnya sendirian, bahkan menutupinya dengan tawa dan keceriaan, karena kita hanya ingin melihat orang-orang yang kita cintai bahagia. 

Ikuti ceritanya - - -

Aku adalah seorang ibu dari putri semata wayangku, yang sekarang tinggal dan di rawat oleh Umi ku, mereka berdualah yang menjadi kekuatanku saat ini, dan demi kebahagiaan  merekalah, aku tidak boleh menyerah.

Ceritaku ini berawal dari sebuah kejadian, yang aku anggap sebagai titik awal dari sebuah perjalanan hidupku. Aku adalah  seorang anak perempuan yang dibesarkan di sebuah keluarga yang baik baik saja, kehidupan masa kecilku pun ku rasakan tidak banyak berbeda dengan teman- teman yang lainnya, aku mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari 'Umi dan Abah', mereka juga sangat perduli dengan pendidikanku, yang juga memberikan bekal pendidikan agama yang baik, dengan memberikan contoh secara nyata dari sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

Aku punya beberapa saudara yang sudah berkeluarga dan tinggal di lain kampung, termasuk kakakku dan suaminya (kakak ipar), keduanya berprofesi sebagai guru, dan memiliki 5 anak, itulah yang aku ketahui dari kecil.

Hingga suatu hari, waktu itu menjelang lulusan sekolah SMP, dan kita di haruskan untuk mengumpulkan akta kelahiran masing-masing. Dari situlah aku harus menerima kenyataan, yang hingga saat ini tetap menjadi pertanyaan bagiku, karena tak seoarangpun yang memberikan jawaban setiap kali aku bertanya.

Sebuah kenyataan yang cukup membuatku terkejut, ternyata orang yang selama ini ku anggap sebagai kakak dan iparku adalah ibu dan ayah kandungku. Dan orang tuaku yang ku panggil 'Umi dan Abah', ternyata adalah nenek dan kakekku. Seketika itu aku merasa ada sesuatu yang harus di jelaskan, beribu pertanyaan bermunculan di kepalaku, sebagai seorang anak yang baru saja beranjak remaja, pastinya aku menginginkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Namun hingga saat ini, tak seorangpun memberikan jawaban yang aku inginkan.

Aku teringat ketika masih anak-anak, di saat aku bermain dengan teman-temanku, tetanggaku berkata bahwa aku bukanlah anak dari 'Umi dan Abah', tapi aku abaikan saja perkataan tu, karena mungkin aku pun masih anak-anak waktu itu, jadi tidak terlalu memperdulikannya, karena yang aku tahu adalah, aku mendapatkan kasih sayang yang cukup dari 'Umi dan Abah'.

Namun ketika aku mulai memasuki kelas dua SMA, aku merasakan ada pemeberontakan dalam diriku, aku mulai berubah dari seorang anak yang pendiam menjadi agak berani / bandel. Sebagai remaja, aku jadi lebih sensitive dan bermain- main dengan pikiranku sendiri, dan pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuiku.

Kakak dan iparku, yang sebenarnya adalah orang tua kandungku memiliki enam orang anak, dan aku adalah anak yang ketiga dari mereka, tapi mengapa harus aku ?.

Apa alasannya?

Mengapa hanya aku?

kenapa tidak yang lain?

Apakah mereka tidak menginginkan kehadiranku?

Ataukah ada alasan lainnya? 

Aku kecewa dan marah karena tak seorangpun yang mau memberiku jawaban. 

Entahlah --- Mugkin perntanyaanku di anggap tidak penting?

Atau mereka semua menganggap hal itu tidak penting ?                                                                      Toh selama ini aku juga di rawat dengan baik dan penuh kasih sayang, mungkin itu yang ada dalam pikiran mereka. Tapi sebagai seorang anak, aku berhak untuk bertanya dan mendapatkan jawaban kan? itulah yang menjadi alasanku. 

Di sa'at aku masih mencari, kedua orang tua kandungku itu sedang mengalami konflik, dan berada di ambang perceraian, aku marah pada keada'an, aku marah pada kenyata'an, aku marah pada semua kondisi ini. Kenapa semua terjadi hampir bersama'an?

Kenapa?

Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, kekecewa'an dan kemarahanku tidak merubah apapun, tapi kehidupan harus terus berjalan. Hingga akhirnya kedua orang tua kandungku pun berpisah, tidak lama kemudian ibuku menikah lagi dan tinggal bersama suami barunya, sementara kakak dan adik-adikku tinggal bersama ayah.

Namun aku masih merasa bersyukur,  karena kasih sayang dari 'Umi dan Abah' yang tidak pernah berkurang, aku masih mampu menyelesaikan SMA-ku, dan melanjutkan pendidikanku, karena aku bercita cita untuk menjadi guru, aku melanjutkan pendidikanku dan mengambil program pendidikan D2 hingga semester akhir, dan aku juga menjadi guru honorer di sebuah sekolah di kota (J). 

Tanpa terasa, tiga bulan lagi wisuda, dan aku di hubungi oleh dosenku untuk memberitahukan akan ada ujian minggu depan, dan aku harus membayar uang ujian. Dan pada sa'at itu Abah sedang sakit setelah mengalami kecelaka'an motor, aku tidak tega untuk membebani Umi, sementara tabunganku dari gaji yang tidak seberapa yang aku kumpulkan, juga tidak mencukupi.


#Berlanjut ke part 2 

Cerita berdasarkan sharing / interview dengan nara sumber

Ditulis dan dinarasikan oleh : Pena Novia

                                                                                                                                                

 










Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seminar Perempuan KBRI Singapura

SEMINAR PEREMPUAN Perilaku Sehat, Wanita Tangguh. KBRI Singapura, minggu 29-09-2024 Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura mengadakan acara seminar bertema perempuan, yang diadakan di ruang Nusantara KBRI Singapura. Dr. Merisa Auditanya Taufik menjadi pembicara di acara tersebut, yang memberikan materi seminat tentang hal-hal yang tentang kesehatan perempuan. Dan  dihadiri oleh kurang lebih 200  pekerja migran Indonesia yang merupakan pekerja perempuan. Acara dibuka dengan sambutan dari Ibu Nuri Widowati Suryo Pratomo sebagai ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura. Yang kemudian dilanjutkan ke acara inti. Pemaparan materi diawali dengan point penting yaitu : Perempuan Adalah Sosok Penting Kehidupan.  1.Karena perempuan diberikan rahim untuk proses kelangsungan hidup manusia. 2.Perempuan dibekali naluri keibuan untuk meberikan cinta dan kehangatan. 3.Perempuan sebagai 'sekolah pertama' untuk anak-anaknya. Kemudian dilanjut dengan materi-materi yang tidak ...

PMI BERTAHAN DI LUAR NEGERI KARENA APA?

                                  Bertahun-Tahun Bertahan di Negara orang, Sampai Kapan? Bicara tentang PMI (Pekerja Migran Indonesia) memang selalu menarik, karena ada banyak cerita yang beragam dan mungkin hanya difahami oleh sesama PMI itu sendiri, dan mereka yang memiliki concern terhadapa permasalahan PMI. PMI berasal dari berbagai background kehidupan yang bermacam-macam. Namun pada dasarnya, kondisi ekonomi-lah yang menjadi alasan terbesar, yang membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negara orang.Tidak semua orang bisa memahami PMI, baik dari latar belakang, kondisi kerja, juga kesehatan mental karena tekanan yang harus dialaminya. Di sini kita akan mengupas kondisi yang dialami PMI pada umumnya. Khususnya sektor pekerja rumah tangga. Pada tahap awal ketika PMI baru menginjakkan kaki di negara orang atau masuk ke tempat kerja, pasti mengalami yag nemanya "culture shock". Ya...

RENUNGAN SENJA KORBAN HUMAN TRAFICKING part-6

  TAK PERNAH KU SANGKA AKU AKAN MENGHABISKAN MASA TUAKU SENDIRIAN. Renungan senja seorang mantan PMI yang pernah bekerja di Malaysia. Dia yang pernah menjadi korban human traficking, dan hampir kehilangan nyawa di ujung senapan seorang mandor perkebunan kelapa sawit. Edisi sebelumnya ... Kami harus mendekam di tahanan karena di anggap melangar undang-undang imigrasi. Selain di anggap memalsukan data, kami juga bekerja secara ilegal tanpa ada dokumen resmi.  Yang sebenarnya kami adalah korban dari para sponsor atau calo yang memperjual belikan kami layaknya barang.  Ya. Kami adalah korban human traficking, kami adalah korban dari jaringan perdagangan orang. Setelah melewati waktu beberapa bulan kami di dalam tahanan akhirnya kami di keluarkan untuk kemudian di deportasi. Kami di bawa ke pelabuhan dan di seberangkan dengan perahu kecil dengan tangan terborgol satu sama lain. Entah bagaimana nasib kami andai saja ada kecelakaan atau perahu itu terbalik. Tapi begitulah kenyat...