Langsung ke konten utama

MATINYA EMPATY DIBALIK COVID 19


Covid 19 adalah wabah yang tidak pernah memilih antara ...
Siapa ??
Dari mana ??
Apa agamamu ??
Apa warna kulit ,rambut dan matamu ??

Virus itu bisa singgah ke tubuh siapa saja 
Tanpa seorang pun mengetahui 
Tanpa seorangpun menginginkan nya 

Jujur saya merasa sedih melihat kejadian ini
Ketika beberapa "dormitory / asrama " menjadi sorotan 
Karena terbukti banyak "foreign worker " positive  covid 19.
Hitungan hitungan itu mulai terkuak .
Ada puluhan ribu " foreign worker" yang tinggal di "dormitory / asrama " tersebut .

Concern pun bergeser .
Jika dari banyak "foreign workers" tersebut bertemu dengan "teman wanitanya " .
( Point nya sudah lgsg mengarah ke PRT migran dari awal ) .
Bukan tidak mungkin .mereka juga bisa terkena  .
Dan sangat di sarankan bagi mereka yang 
Bertemu teman laki laki nya .
Yang merupakan "foreign worker " untuk bicara baik baik ke employer dan memeriksakan diri ke dokter ..
( Concern dalam hal ini masuk akal dan wajar ) 

Tapi apa yang saya lihat dari teman teman di sini ? 
Dari mbak mbak saya 
Dari adik adik saya 
Sesama PMI / PRT migran  .

Dengan pongahnya berkata 

" Bagi siapa yang punya janu berhati hati "
( Janu adalah panggilan sayang dari salah satu negara asal pekerja migran di singapore ) 
Sementara "dormitory/ asrama " itu di huni oleh ratusan ribu foreign workers dari berbagai negara .
( India,bangladesh,china,thailand,myanmar ) 
Tergantung "company " tempat mereka bekerja yang menempatkan mereka .

Ada juga yang memanfaatkan moment ini dengan menilai kadar kualitas dirinya 
Dan merasa lebih tinggi dari yang lain dengan berkata .

" Beruntung saya gak pernah kenal mereka "
" Beruntung saya masih suka bangsa sendiri " 
" Beruntung saya masih ingat tujuan ke singapore untuk apa " 

Mbak mbak ku 
Adik adik ku 
-Apa yang membuat kita berpikir sesempit itu ? 
-Apa yang membuat kita berhati seangkuh itu  ?
- apa yang membuat kita merasa setinggi itu ?

Sudah matikah * EMPATHY *  kita ? 
Mbak mbak ku
Adik adik ku 

Apa yang membuat kita merasa berhak menempatkan diri di atas mereka ? 
Siapa kita ? 
Dan siapa mereka ? 

Mereka pekerja migran .
Bukankah kita juga sama ?

Mereka lah yang mengerjakan perbaikan jalan yang kita lewati .
Mereka lah yang membangun rumah rumah employer yang kita tempati 

Ketika rumah emplpyer kita ada masalah dan perlu perbaikan 
Merekalah yang mengerjakan 
Dan ketika employer kita berada di kantor 
Kita di minta untuk mengawasi kerja dan gerak gerik mereka saat melakukan pekerjaan nya .
Di mana posisi kita ? 
Apa langsung naik menjadi atasan mereka ? 
Jawab nya tidak .

Karena mereka bekerja atas perintah bos nya
Kita mengawasi atas perintah employer .
Hanya karena pekerjaan di lakukan di rumah yang kita tempati .
Posisi kita tetap sama .

Mbak mbak ku 
Adik adik ku 
Bisakah kita belajar ber"emphaty " ?
Bisakah kita belajar memposisikan diri 
Bahwa kita dan mereka adalah sama ? 
Sama sama sebagai pekerja migran .
Dan sama sama MANUSIA .

Apa kah kalian tahu yang sebenarnya 
Secara "regulasi " 
HAK mereka sebagai pekerja berada di atas kita ..

Lalu apa yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain ? 
Adakah yang bisa menjawab ? 

Bagi kita yang bernasib baik .
Employer baik
Gaji nya juga bagus 
Hak hak kita juga di berikan .
Bukan berarti kita lebih baik .
Dan jangan merasa lebih baik dari yang lain 
Tapi bersyukurlah karena kita beruntung .

Dan dari rasa beruntung itulah
Seharusnya "RASA EMPHATY " bisa tumbuh.
Bukan justru sebaliknya .
Dari rasa " BERUNTUNG " justru membuat kita merasa berada di atas puncak gunung.
Sehingga kita melihat orang lain jauh lebih kecil dari kita .

#fight covid 19
#keep calm
#stay safe 
#in slidarity

Novia
singapore 09-04-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seminar Perempuan KBRI Singapura

SEMINAR PEREMPUAN Perilaku Sehat, Wanita Tangguh. KBRI Singapura, minggu 29-09-2024 Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura mengadakan acara seminar bertema perempuan, yang diadakan di ruang Nusantara KBRI Singapura. Dr. Merisa Auditanya Taufik menjadi pembicara di acara tersebut, yang memberikan materi seminat tentang hal-hal yang tentang kesehatan perempuan. Dan  dihadiri oleh kurang lebih 200  pekerja migran Indonesia yang merupakan pekerja perempuan. Acara dibuka dengan sambutan dari Ibu Nuri Widowati Suryo Pratomo sebagai ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura. Yang kemudian dilanjutkan ke acara inti. Pemaparan materi diawali dengan point penting yaitu : Perempuan Adalah Sosok Penting Kehidupan.  1.Karena perempuan diberikan rahim untuk proses kelangsungan hidup manusia. 2.Perempuan dibekali naluri keibuan untuk meberikan cinta dan kehangatan. 3.Perempuan sebagai 'sekolah pertama' untuk anak-anaknya. Kemudian dilanjut dengan materi-materi yang tidak ...

PMI BERTAHAN DI LUAR NEGERI KARENA APA?

                                  Bertahun-Tahun Bertahan di Negara orang, Sampai Kapan? Bicara tentang PMI (Pekerja Migran Indonesia) memang selalu menarik, karena ada banyak cerita yang beragam dan mungkin hanya difahami oleh sesama PMI itu sendiri, dan mereka yang memiliki concern terhadapa permasalahan PMI. PMI berasal dari berbagai background kehidupan yang bermacam-macam. Namun pada dasarnya, kondisi ekonomi-lah yang menjadi alasan terbesar, yang membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negara orang.Tidak semua orang bisa memahami PMI, baik dari latar belakang, kondisi kerja, juga kesehatan mental karena tekanan yang harus dialaminya. Di sini kita akan mengupas kondisi yang dialami PMI pada umumnya. Khususnya sektor pekerja rumah tangga. Pada tahap awal ketika PMI baru menginjakkan kaki di negara orang atau masuk ke tempat kerja, pasti mengalami yag nemanya "culture shock". Ya...

AKU DIPULANGKAN DAN DI BLACKLIST

TERJEBAK LOAN SHARK / RENTENIR DI SINGAPURA. Kak aku di blacklist dan tidak bisa ke Singapura lagi. Padahal aku masih ingin bekerja kak. Begitulah kalimat yang terucap dari seoarang PMI. Meskipun kalimat itu di sampaikan melalui chat, tapi bisa kita rasakan ada rasa kecewa, sedih namun pasrah yang tergambar di sana. Ya, dia adalah seorang PRT migran yang harus pulang ke indonesia baru -baru ini, dan ingin berbagi cerita tentang pengalaman pahit yang di alaminya. Perkenalkan Namaku Ruby, aku adalah seorang ibu PMI asal Jawa Tengah, tepatnya dari sebuah desa di kabupaten Brebes.  Aku seorang ibu tunggal dengan tiga anak, yang menjadi PMI dan bekerja di Singapura. Aku ingin menjadikan pengalaman buruk ini sebagai pelajaran dan juga pengingat untuk kawak-kawan yang lain. Agar kita lebih berhati-hati dan mencari tahu apa tentang hal hal yang membahayakan diri kita sebagai PMI. Aku bekerja menjaga lansia ( Ahgong ). S elama tiga tahun bekerja, aku menjalani pekerjaanku sebaik mungkin. Me...