Langsung ke konten utama

BLOGER PROFILE

novia arluma

Begitulah saya biasa di panggil.
Adalah seorang PMI yang bekerja di sektor domestic di singapura.
saya adalah seorang pekerja biasa seperti yang lain .tidak jauh berbeda dari pekerja lain nya kala itu.
yang minim pengrtahuan dan pemahaman tentang hak hak sebagai pekerja,apa lagi tentang undang undang pekerja di negara tempatan.
semua hal tersebut tidak mengherankan karena minim ya informasi yang masuk ke desa desa tentang pentingnya pembekalan bagi CPMI itu sendiri.
saya juga merasakan beratnya penegorbanan yang di alami sebagian besar PMI ,terutama di sektor rumah tangga.
tapi aya masih beruntung karena mendapatkan employer yang baik.
Saya mendapatkan employer ang baik menurut saya.Namun meskipun begitu ,selama bekerja dalam 2 tahun kontrak .
saya tidak pernah menerima gaji saya secara rutin setiap bulan nya.
bahkan saat masa potongan selama 8 bulan pun,saya tidak pernah tahu kalu mestinya saya mendapatkan sisa $10 perbulan .
saya cukup merasa senang degan perlakuan employer dan keluarganya .
Kebetulan employer saya adalah pasangan lansia ( tapi keduanya masih sehat ).
secara bergantian dia membawa saya ke rumah anak anak nya , dan saya mengerjakan semua pekerjaan rumah di sana.
termasuk membersihkan jendela ,taman ,da seluruh ruangan ,bahkan kadang sampai malam hari.

dengan di berikan makan yang cukup ,dan di pinjami hp untuk menghubungi keluarga .
Hal itu sudah merupakan sebuah kebaikan yang luar biasa menurut saya.
dan untuk masalah gaji .setiap saya minta tolong untuk di kirimkan ke indonesia .mereka mengirimkan nya untuk saya dan memberikan resit pengiriman untuk saya simpan .
tapi beruntung ,karena setelah saya finish kontrak mereka memberikan semua sisa gaji saya .
dan selama 2 tahun itu saya tidak memiliki teman karena mereka juga tidak sukaa kalau saya bicara dengan orang luar .apalagi sesama pekerja .
semua hal tersebut terjadi karena minimnya pembekalan bagi PMI itu sendiri.
ada banyak cerita lain yg sebenarnya saya alami .termasuk overcharging agency..over works.verbal abuse.MESKIPUN saya masih tetap merasa beruntung karena saya bisa mengatasi semua itu dan secara mental saya sudah terlatih dalam menghadapi berbagai macam sifat employer yang berbeda karakter dan cara mereka memperlakukan PEKERJA nya.

dan ketika saya resmi menjadi volunteer di HOME .sebagai team helpdesk .
yang tugasnya adalah menerima aduan ,menemukan point masalah dari aduan yang kami terima ,dan memberikan counselling.
saya dan team merasa langsung bisa masuk ke dalam kondisi psikis teman teman yang mengadukan masalahnya ,karena posisi saya juga seperti mereka ,,sebagai PEKERJA.
dan sudah pasti saya bisa merasakan bagaimana ketika kita di bentak ,ketika kita kerja terlalu berat  dan sebagainya.
dan saya merasa terpanggil untuk belajar lebih dalam lagi tentang peraturan / regulasi baik peraturan dari pemerintah singapura maupun indonesia .
agar saya bisa lbih memahami permasalahan dan bisa memberikan jawaban atau solusi bagi teman2 yang mengadukan masalahnya.
karena sebagai team helpdesk,kami di bekali dengan berbagai workshop ,termasuk psychology workshop,melatih diri unutk ber empahty .
dan mampu memisahkan antara masalah pribadi dan posisi kita sebagai orang yang memberikan counselling.
DAN yang lebih peting lagi adalah basic pemahaman tentang human rights .
dan saya menemukan passion di sini . saya bisa memberikan counselling bagi sesama pmi .tapi dari berbagai permasalahan itulah saya belajar banyak dan lebih tertantang untukmendalami permasalahan
meskipun saya tahu kapasitas saya ,hanya sebagai grass root volunteer dan tidak meiliki power atau kekutan untuk melakukan perubahan .
tapi saya yakin dengan tujuan dan misi yang jelas .suara KAMI PMI akan di dengar..

selain dari apa yang tertuls di atas ,pada dasarnya saya suka menulis ,secara spontan saya beberapa kali menulis tentang kejadian atau peristiwa yang saya lihat dan saya dengar .dan saya mencoba menyampaikan nya dalam sebuah uraian yang mudah untuk di fahami .
beberaoa kali tulsan saya yang hanyamerupakan sebuah postingan di fb menjadi viral dan bahkan di capture oleh media online di singapura ..
seperti sebuah surat terbuka untuk para employer di singapura ,saya mengangkat isyu tentang mental healt ,sesaat setelah beredar video seorang pekerja dari myanmar bunuh diri dan terjun dari gedung yang tinggi .
juga tentang kondisi tempat tidur seorang pmi yang erada di gudang dan bercampur gengan barang2 yang mudah terbakar,dan hanya beralaskan kain yang sangat tipis .
saya tuliskan itu berdasarkan aduan yang saya terima .
perlahan tapi pasti saya melihat lebih banyak pekerja yang proaktive untuk saling membantu ,berbagi informasi dengan yang lain tentang berbagai hal yang menyangkut permasalahan kerja .kalau mereka tidak mampu memberi jawaban pada pertanyaan2 tertentu ,mereka bisa mengarahkan utnutk bertanya pada orang2 yang bisa di hubungi ,termasuk saya .

namun belakangan juga pasti ada hala hal yang meresahkan saya .
tentang masih minimnya rasa saling menghargai ,
minimnya kesadran utnuk saling menguatkan ,
dan kesukaan untuk membagikan hal hal yang negative tentang sesama pmi .
yang sebenarnya itu sangat merugikan kita semua.
tentu saja kita tidan mungkin bisa melarag orang lain untuk melakukan hal itu ,
tapi aku meras punya taanggung jawab untuk mengingatkan .
tapi tentu saja tidak semua org menerima nya .
sampai akhirnya aku memutar otak .
bila hal hal negative menjadi viral dengan sangat mudah .
dan kita tidak mampu untuk membendungnya .
apa yang bisa aku lakukan untuk melawan itu ???
timbullah pikiran .kalau aku tidak bisa melawan ,kenapa aku gak mencoba mengimbangi saja ??
dengan cara lbih banyak menulis tentang hal hal yg positive tentang pmi .
yang sebenarnya sangat pantas untuk di angkat .
tapi saya punya target indonesian redaer .
Dan saya berpikir ,mungkin degan cara menulis dalam sebuah blog,pesan yang ingin saya sampaikan akan lebih mudah tersalurkan.
dengan sebuah misi yang sederhana .
lawan diskriminasi terhadap pekerja migran.
hilangkan kebiasaan saling menghujat sesama pekerja migran .
belajar saling menghargai dan saling menguatkan sesama pekerja migran ..
dari PMI untuk PMI.

nb; saya tidak suka menyebut kata majikan ,karena kalimat tersebit secara otomatis akan terpasangkan dengan kata pembantu.
stapi saya lbih memilih kalimat employer & pekerja .
mungkin bagi sebagaian orang ,kalimat tersebut tidak ada bedanya .
tapi bagi kami sangat berbeda ,karena kami ingin di akui sebagai pekerja ,seperti pekerja di sektor lain.




NOVIA ARLUMA

WA ; +6581505082
EMAIL ADD :noviaarluma@gmail.com
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seminar Perempuan KBRI Singapura

SEMINAR PEREMPUAN Perilaku Sehat, Wanita Tangguh. KBRI Singapura, minggu 29-09-2024 Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura mengadakan acara seminar bertema perempuan, yang diadakan di ruang Nusantara KBRI Singapura. Dr. Merisa Auditanya Taufik menjadi pembicara di acara tersebut, yang memberikan materi seminat tentang hal-hal yang tentang kesehatan perempuan. Dan  dihadiri oleh kurang lebih 200  pekerja migran Indonesia yang merupakan pekerja perempuan. Acara dibuka dengan sambutan dari Ibu Nuri Widowati Suryo Pratomo sebagai ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura. Yang kemudian dilanjutkan ke acara inti. Pemaparan materi diawali dengan point penting yaitu : Perempuan Adalah Sosok Penting Kehidupan.  1.Karena perempuan diberikan rahim untuk proses kelangsungan hidup manusia. 2.Perempuan dibekali naluri keibuan untuk meberikan cinta dan kehangatan. 3.Perempuan sebagai 'sekolah pertama' untuk anak-anaknya. Kemudian dilanjut dengan materi-materi yang tidak ...

PMI BERTAHAN DI LUAR NEGERI KARENA APA?

                                  Bertahun-Tahun Bertahan di Negara orang, Sampai Kapan? Bicara tentang PMI (Pekerja Migran Indonesia) memang selalu menarik, karena ada banyak cerita yang beragam dan mungkin hanya difahami oleh sesama PMI itu sendiri, dan mereka yang memiliki concern terhadapa permasalahan PMI. PMI berasal dari berbagai background kehidupan yang bermacam-macam. Namun pada dasarnya, kondisi ekonomi-lah yang menjadi alasan terbesar, yang membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negara orang.Tidak semua orang bisa memahami PMI, baik dari latar belakang, kondisi kerja, juga kesehatan mental karena tekanan yang harus dialaminya. Di sini kita akan mengupas kondisi yang dialami PMI pada umumnya. Khususnya sektor pekerja rumah tangga. Pada tahap awal ketika PMI baru menginjakkan kaki di negara orang atau masuk ke tempat kerja, pasti mengalami yag nemanya "culture shock". Ya...

RENUNGAN SENJA KORBAN HUMAN TRAFICKING part-6

  TAK PERNAH KU SANGKA AKU AKAN MENGHABISKAN MASA TUAKU SENDIRIAN. Renungan senja seorang mantan PMI yang pernah bekerja di Malaysia. Dia yang pernah menjadi korban human traficking, dan hampir kehilangan nyawa di ujung senapan seorang mandor perkebunan kelapa sawit. Edisi sebelumnya ... Kami harus mendekam di tahanan karena di anggap melangar undang-undang imigrasi. Selain di anggap memalsukan data, kami juga bekerja secara ilegal tanpa ada dokumen resmi.  Yang sebenarnya kami adalah korban dari para sponsor atau calo yang memperjual belikan kami layaknya barang.  Ya. Kami adalah korban human traficking, kami adalah korban dari jaringan perdagangan orang. Setelah melewati waktu beberapa bulan kami di dalam tahanan akhirnya kami di keluarkan untuk kemudian di deportasi. Kami di bawa ke pelabuhan dan di seberangkan dengan perahu kecil dengan tangan terborgol satu sama lain. Entah bagaimana nasib kami andai saja ada kecelakaan atau perahu itu terbalik. Tapi begitulah kenyat...